Pages

Gelang Pelangi Raisya


Oleh: Haryati 
            Raisya mulai memasukkan benang karet ke dalam manik-manik cantik yang penuh warna. Ia tak pernah bosan melakukannya setiap hari. Dengan telaten ia memadukan setiap warna yang ia memiliki hingga menjadi gelang yang sangat cantik. Raisya menyebutnya ‘Gelang Pelangi’. Paduan yang indah, seperti indahnya pelangi setelah hujan.
            “Wah, gelangnya sudah siap ya?” tanya Bunda saat berada di balik pintu Raisya.
            “Sebentar lagi, Bun. Ini ada pesanan dari kakak kelas makanya Raisya bikinnya lebih banyak dari biasanya” jawab Raisya sambil terus membuat gelang.
            “Syukurlah kalau ada pesanan, itu artinya gelang kamu laku dong” kata Bunda menyemangati.
            “Iya Bunda, Raisya bersyukur karena gelang Raisya banyak yang suka. Raisya tambah semangat membuat gelangnya. Kali ini Raisya buat gelang baru” kata Raisya sambil memperlihatkan gelang barunya, “Manik-maniknya tetap warna-warni tapi bentuknya berbeda-beda, biar teman-teman nggak bosan”
“Hebat anak bunda. Tapi, pekerjaan sekolah nggak lupakan?” tanya Bunda 
“Ngga lupa kok, Bun. Sebelum tidur siang, Raisya sudah selesaikan semua pekerjaan sekolah” jawab Raisya
“Bagus dong, kalu gitu. Bunda dukung kamu jualan gelang, asalkan kamu tidak boleh lupa kalau sekolah itu tetap nomor satu. Setuju?” pinta Bunda
“Setuju, Raisya janji Bun. Raisya nggak mau jadi pebisnis yang bodoh, ntar dibodoh-bodohin pembeli. Iya kan Bun?” kata Raisya sambil memasukkan gelang-gelang pelanginya ke dalam pelastik bening yang di dalamnya terdapat tulisan Gelang Pelangi ala Raisya.
“Iya, semoga kelak kamu jadi pebisnis yang sukses, jujur, dan cerdas” jawab Bunda sembari mendoakan Raisya.
“Aamiin, makasih Bun” kata Raisya, “Raisya nggak sabar ingin cepat-cepat pagi dan mempromosikan gelang Raisya yang baru”
Raisya mulai merapikan alat dan bahan yang ia gunakan untuk membuat gelang. Gunting, benang, manik-manik, pelastik bening, kertas dan spidol ke dalam laci. Tak lupa ia memasukkan gelang-gelang yang sudah terbungkus ke dalam tas kain yang ia beli dari supermarket. 
“Assalamualaikum” Raisya masuk ke dalam kelas dengan semangat.
“Waalaikumsalam, wah Raisya sudah datang. Gelangnya ada, Sya?” jawab teman-teman Raisya yang juga sudah tidak sabar ingin melihat gelang pelangi Raisya.
“Ada dong, tapi lihatnya pas istirahat aja ya? Ibu guru kan pesannya kayak gitu, kalian nggak mau dong kena marah Bu Indah?” kata Raisya sambil menarik kursi tempat duduknya.
Waktu istirahat tiba. Raisya mulai mengeluarkan gelang barunya, tak lupa ia memisahkan gelang pesanan kakak kelasnya. 
“Kakak, Nita boleh beli gelangnya? Nita udah ijin sama mama, katany boleh. Nih uangnya” kata Nita yang masih duduk di kelas satu.
“Boleh, ding. Ini, kamu pilih aja yang kamu suka” kata Raisya sambil memperlihatkan koleksi gelang pelanginya.
“Wah, cantik-cantik. Aku pilih ini, makasih Kak” kata Nita sambil menyerahkan uang sepuluh ribu rupiah, lalu keluar meninggalkan Raisya.
Raisya dan teman-temannya tersenyum melihat Nita yang lucu itu. Raisya tidak sadar kalau uang milik Nita ternyata lebih. Nanda yang menyadarinya segera memberitahukan Raisya. 
“Sya, uang Nita lebih nih. Kamu beruntung, Nita pasti belum kenal uang, makanya nggak tunggu kembaliannya. Boleh nih buat jajan di kantin” kata Nanda
 “Nggak, ah. Jadi pebisnis sejati itu harus jujur, biar daganganya penuh berkah” jawab Raisya 
Raisya dan teman-temannya menuju kelas Nita. Raisya senang masih bisa bersikap jujur. 


Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar