Pages

Gara-Gara TV


Oleh Elsa Malinda
Berdomisili di Balik Papan Selatan
Bram sudah lama menantikan orangtuanya berlangganan TV kabel. Kata teman-temannya yang sudah lebih dulu berlangganan TV kabel, mereka bisa menonton berbagai tayangan seru yang berasal dari Indonesia mau pun luar negeri.
“Saluran televisi di rumahku jadi banyak, Bram. Aku bisa nonton kartun yang bagus-bagus. Tidak ada bosannya aku menonton TV,” kata Joko, di suatu pagi ketika mereka sedang mengantri membeli nasi goreng di kantin Bu Ijah. 
Kintan yang telah lebih dulu dilayani dan sedang memegang sepiring nasi goreng hangat yang ditambah telur mata sapi ikut berucap, “Aku juga suka menonton TV. Acaranya banyak dan seru.”
“Tapi di TV-ku juga ada kartun, kok,” ujar Bram dengan suara kecil. Dia sudah merengek pada ayah dan ibunya agar segera mengganti antena dengan TV kabel supaya lebih banyak pilihan yang bisa ditonton. Bukan itu-itu saja.
Kintan dan Joko sama-sama menggeleng. “Beda, Bram. Coba deh kamu main ke rumahku sore ini, sekalian kita kerjakan PR Matematika bersama-sama. Kan kamu pintar, Bram. Hehehe…” Joko terkekeh. 
Mata Bram seketika berbinar-binar. Dia ingin sekali mengerjakan PR sambil menonton kartun yang menyenangkan dan tidak membuatnya bosan. Mungkin ibunya akan mengizinkan selama dia mengatakan akan belajar bersama Joko. 
“Baiklah. Aku akan ke rumahmu sore ini. Tapi janji, ya, PR-nya harus tetap kita selesaikan?” Bram membuat Joko berjanji sambil mengerutkan keningnya. Dia merasa lega ketika Joko menganggukkan kepala dan mengatakan bahwa dia akan serius belajar.
Sore harinya, Bram dengan riang melangkahkan kaki ke rumah Joko yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Rumah Joko hanya berbeda RT, dan Bram sedang tidak bisa menaiki sepedanya sebab bannya kempes secara tiba-tiba.
Sebelum dia pergi, Ibu berkata bahwa Bram harus sudah tiba di rumah sebelum Maghrib, karena dia harus ikut sholat di masjid seperti biasa bersama Ayah. Bram berjanji dia akan segera pulang kalau tugasnya sudah selesai.
“Eh, Nak Bram,” sambut ibunya Joko dengan ramah sambil membawa kresek di satu tangan dan beberapa lembar uang di tangan yang lain. “Tante sudah beli bakso untuk Bram dan Joko. Jadi nanti kalian bisa belajar dengan tenang karena perutnya sudah kenyang.”
Bram berusaha menawarkan membawakan kresek berisi bakso tersebut sampai ke dalam rumah, sebagai bentuk rasa terima kasih karena sudah dibelikan makanan. Kebetulan nasi yang dia makan sepulang sekolah sudah dicerna sehingga dia mulai lapar. 
Tetapi ibunya Joko tidak mengizinkan. Sambil mengayunkan tangannya yang memegang uang di udara beliau berkata, “Tidak usah, Bram. Ayo, masuk saja. Joko sudah menunggu. Itu dia sudah duduk manis di depan TV.”
Setelah mengucapkan salam Bram memasuki rumah Joko yang sederhana tetapi rapi dan bersih. Di atas karpet, Joko sudah memasang meja lipat kayu yang akan menjadi alas mereka makan lalu mengerjakan PR. 
“Kartun apa ini?” tanya Bram takjub, melihat betapa jernihnya tampilan layar TV di hadapannya. Kotak mesin yang begitu luar biasa itu sanggup memberikan hiburan tak terhingga. Keinginannya untuk berlangganan TV kabel semakin menguat. Dia jadi iri dengan Joko yang bisa menikmati lebih banyak acara daripada dirinya.
“Ini kartun petualangan, Bram. Pasti kamu tidak bisa menontonnya di rumah, kan? Karena kartun ini cuma ada di saluran TV ini.” Joko menunjuk logo saluran TV yang ada di pojok kanan atas. Bram belum pernah melihat logo itu sebelumnya.
Joko yang kesenangan melihat Bram yang melongo melanjutkan, “Ini dari saluran TV khusus kartun dari luar negeri. Jadi selama sehari penuh isinya selalu kartun. Terus ceritanya menarik semua lagi. Aku saja jadi jarang main ke luar rumah gara-gara nonton TV.”
Bram manggut-manggut paham. Jadi ini alasannya Joko jarang terlihat main bersama anak-anak kampung lagi.
Semangkuk bakso hangat yang gurih telah Bram dan Joko habiskan. Kini saatnya mereka mulai serius belajar. “Bagian mana yang belum kamu mengerti?” Bram bertanya pada Joko. Mata Joko masih terpaku di layar. Dia bahkan tidak melihat ke mangkuk ketika makan bakso. Pantas saja kuah bakso berjatuhan dari sendok dan tercecer sampai ke seluruh bagian meja lipat. Sambil merengut Bram mengambil tisu untuk mengelapnya.
“Hei, ayo buka bukumu. Katanya tadi mau betul-betul mengerjakan PR,” todong Bram untuk kesekian kalinya. Namun Joko tetap asyik menonton. Karena kesal, Bram ikut-ikutan tidak jadi membuka bukunya. Dia malah turut larut dalam cerita petualangan aneh yang disuguhkan di TV. Lama-lama, ceritanya jadi seru dan menegangkan. Dia sampai lupa kalau harus pulang sebelum Maghrib. 
Bram baru tersadar kalau sore hari ini terlewatkan dengan sia-sia ketika Ayah menjemputnya dengan motor ke rumah Joko. Dengan perasaan bersalah, Bram pun berangkat ke masjid. Selama perjalanan dia berpikir, tadi dia berjanji akan mengerjakan PR pada ibunya saat meminta izin, tetapi dia malah tidak menghasilkan apa pun. Bahkan jam sholat pun terabaikan. Duh, ini semua gara-gara acara TV. Mungkin itulah sebabnya orangtuanya tidak menuruti keinginannya untuk berlangganan TV kabel. 

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar